Menderita kebutaan tidak membuat seorang pria di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, putus asa menjalani hidup. Sehari-hari pria bernama Ambo Apu ini tetap bekerja demi menyambung hidup, bahkan gawean yang dilakoninya penuh risiko.
Kelihaian pria asal Dusun Data, Desa Wajoriaja, Kabupaten Wajo, ini membuatnya dinobatkan sebagai pemanjat pohon kelapa ulung di kampungnya.
Ambo Apu tetap setia menjadi pemanjat pohon kelapa milik para tetangganya meski upah yang diterima tidak sebanding dengan jerih payah dan bahaya yang mengancam. Upah seadanya itu harus cukup untuk menafkahi keluarga.
Pekerjaan sebagai pemanjat kelapa telah dilakoni Ambo Apu sejak puluhan tahun lalu. Warga kerap memanfaatkan Ambo Apu karena dia bisa mengetahui jenis kelapa tua dan muda meski kondisinya buta.
Memanjat pohon kelapa setinggi 20 meter tidak membuat Ambo Apu takut. Bahkan dia mengaku semakin senang jika pohon yang dipanjatnya lebih tinggi lagi. Pasalnya, dari ketinggian pohon, Ambo Apu lebih mudah menentukan tua dan mudahnya sebuah kelapa.
"Tidak susah memanjat kelapa karena sangat mudah ditentukan yang mana muda dan tua," jelas Ambo Apu, Senin (28/11/2011).
Ambo Apu mengaku tidak memiliki pilihan lain selain memetik kelapa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Mau apalagi saya, tidak pernah sekolah dan tidak punya keahlian selain memanjat kelapa. Daripada pergi mengemis," ujarnya.
Untuk satu pohon kelapa, Ambo mendapat upah antara Rp2.000 hingga Rp4.000, tergantung dari banyaknya buah. Biasanya Ambo Apu mampu memanjat hingga 20 pohon per hari. Dari setiap pohon kelapa, Ambo juga berhak mendapat dua buah kelapa.
Kagum dengan jerih payah Ambo Apu, Ketua DPRD Kabupaten Wajo, Muhammad Yunus Panaungi, pagi tadi datang dan memberikan bantuan. Yunus datang dari Kota Sengkang menempuh perjalanan sekira dua jam.
Dikunjungi pejabat, Ambo Apu mengaku senang. Sebagai warga miskin, pria tua yang masih tampak sehat itu merasa diperhatikan.
Kelihaian pria asal Dusun Data, Desa Wajoriaja, Kabupaten Wajo, ini membuatnya dinobatkan sebagai pemanjat pohon kelapa ulung di kampungnya.
Ambo Apu tetap setia menjadi pemanjat pohon kelapa milik para tetangganya meski upah yang diterima tidak sebanding dengan jerih payah dan bahaya yang mengancam. Upah seadanya itu harus cukup untuk menafkahi keluarga.
Pekerjaan sebagai pemanjat kelapa telah dilakoni Ambo Apu sejak puluhan tahun lalu. Warga kerap memanfaatkan Ambo Apu karena dia bisa mengetahui jenis kelapa tua dan muda meski kondisinya buta.
Memanjat pohon kelapa setinggi 20 meter tidak membuat Ambo Apu takut. Bahkan dia mengaku semakin senang jika pohon yang dipanjatnya lebih tinggi lagi. Pasalnya, dari ketinggian pohon, Ambo Apu lebih mudah menentukan tua dan mudahnya sebuah kelapa.
"Tidak susah memanjat kelapa karena sangat mudah ditentukan yang mana muda dan tua," jelas Ambo Apu, Senin (28/11/2011).
Ambo Apu mengaku tidak memiliki pilihan lain selain memetik kelapa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. "Mau apalagi saya, tidak pernah sekolah dan tidak punya keahlian selain memanjat kelapa. Daripada pergi mengemis," ujarnya.
Untuk satu pohon kelapa, Ambo mendapat upah antara Rp2.000 hingga Rp4.000, tergantung dari banyaknya buah. Biasanya Ambo Apu mampu memanjat hingga 20 pohon per hari. Dari setiap pohon kelapa, Ambo juga berhak mendapat dua buah kelapa.
Kagum dengan jerih payah Ambo Apu, Ketua DPRD Kabupaten Wajo, Muhammad Yunus Panaungi, pagi tadi datang dan memberikan bantuan. Yunus datang dari Kota Sengkang menempuh perjalanan sekira dua jam.
Dikunjungi pejabat, Ambo Apu mengaku senang. Sebagai warga miskin, pria tua yang masih tampak sehat itu merasa diperhatikan.